aku pernah membiarkan seseorang dalam penantian... melumpuhkan sebagian asanya dan membiarkannya terapung dalam ketidakpastian, tapi semua kulakukan atas dasar kesadaran bukan ego semata... hanya saja waktu melesat begitu cepat, ia pergi -mungkin dengan jemari meremas hati- tanpa memberi kesempatan untukku dapat menjelaskan semua...
...aku pernah mengagumi seseorang... dan waktu sangat berbaik hati memberikan kesempatan untuk kami dapat memberi arti bagi kehidupan masing-masing, hingga suatu saat aku tak menyadari bahwa beberapa yang kulakukan terlalu berlebihan, bagiku... aku berbicara dengan hati, tapi baginya aku tak dapat melihat kenyataan atas jalinan ini, aku kecewa dan kami memilih arah berbeda saat itu juga, sayang... waktu berbaik hati hanya sesaat saja, tapi aku bersyukur, walau bagaimana pun...
aku tak penah mengawali...
tidak juga mengakhiri...
apalagi menyesali...
...di lain waktu... aku pernah merindukan seseorang lebih dari apapun, memilikinya ibarat pengejawantahan impian masa kecilku ; menjejakkan kaki pada putihnya awan di angkasa maha luas yg bagiku dulu seperti adukan es krim atau gulungan kembang gula, dimana aku bisa berlarian... berloncatan... sambil sesekali meraupnya untuk dijejalkan ke mulutku dan itu rasanya manis, semanis saat kami sama-sama menyatakan kepedulian... dan disaat kami melewati waktu hanya berdua saja rasanya impian itu terulang lagi, aku dan semua organ yang ada di dalam tubuhku meruah berloncatan ke udara mengulangi mimpi itu... lagi dan lagi... tapi nyata-nyata ini bukan mimpi...
aku mengagumi kemandiriannya, kekayaan hatinya dan begitu dinamis hidupnya sehingga aku kadang lupa untuk sedetik saja berhenti mengingatnya, lupa untuk berhenti menanyakan kabarnya detik ini dan lupa untuk sejenak saja berhenti menyatakan sayang karena aku memang menyayangi segalanya, bukan hanya segala yg kukagumi, tapi sekaligus aku menyayangi apa yang kubenci darinya ; keras kepalaku yang ada padanya, amarah dan egonya... dan saat aku bisa meredam emosinya... rasanya mimpi itu terulang lagi... aku senang...
akhir tahun... pohon cemara menjulang di tengah ruang, lampu berkelap-kelip seolah menari di sekelilingnya dan kami menyadari bahwa hubungan kami tak kan pergi kemana-mana, ia teguh akan keyakinannya, begitupun aku kukuh akan keyakinanku, walaupun egoku mengatakan bahwa ia harus tetap disini dan ini bukan alasan untuk pergi, tapi ia ingin melanjutkan hidupnya demi masa depan...
esok hari di pagi beku aku dibangunkan oleh pesan singkat bahwa atas dasar keyakinan, hubungan kami sudah selayaknya diakhiri dan itu membuat awan-awanku berubah menjadi ladang lumpur dan aku terkoyak di dalamnya tak bisa menepi...
awal tahun... masih tersisa segala tentangnya, kupu-kupu jingga yang sengaja kucuri dari dinding kamar mandinya, harum tubuhnya... dan suaranya masih terngiang jelas mengingatkan aku akan mimpi masa kecilku lagi...
aku tergolek di stasiun hatimu, mendengar kau memanggilku lagi... dan itu nyata, aku menghampirimu lagi, melepaskan kerinduan berdua...
tapi bukan masa depan yang kudapat, ia hanya ingin mengulang masa lalu dan setelah itu kembali ia melanjutkan hidup tanpa aku... aku kecewa... kejadian ini bukan hanya sekali, tapi berkali-kali, bodohnya aku karena sangat menyayanginya dan sulit untuk meninggalkannya, sedangkan ia dengan mudah meninggalkanku dan aku kembali kecewa, mungkin ini pertanda aku harus berusaha berhenti mengharapkannya lagi...
fooled me with the tears in your eyes...
covered me with kisses and lies...
so goodbye...
but please don't take my heart...
...di tengah usaha yang bagiku adalah 'perjuangan' itu seseorang menghampiri dan memberikan segenap perhatiannya... takjub akan perhatiannya itu separuh hatiku melayang menghampirinya...
"semudah inikah aku jatuh cinta?"
tapi aku mengingkari karena bagiku ini bukan cinta melainkan rasa sayang sebagai tanda terima kasih atas perhatiannya yang membuatku sanggup menepi dan bangkit, lalu kan diartikan sebagai apa jika disaat-saat tertentu aku bermimpi dan merindukannya, tapi tak sanggup mengharapkannya? meskipun aku masih mengingkarinya hingga detik ini...
kala ku sendiri tiada yang menemani...
bayangmu menghiasi...
tak dapat kupejam mata...
kurasa rinduku dan hasratku ingin ku bersamamu...
kurasa rinduku dan hasratku tak ingin ku berlalu tanpamu...
...aku pernah menyayangi seseorang tanpa alasan, tanpa banyak pertimbangan dan yang lebih penting menyatakan cinta tanpa melihat kekurangannya dan ia pun melakukan hal yang sama, menerimaku apa adanya, cukup dan tidak berlebihan... tapi sepertnya ini hanya ungkapan yang sangat biasa disampaikan oleh pasangan yang baru saja menemukan cinta, seolah semuanya berputar pada rotasinya, sempurna tak kurang satu apa pun... tapi setelah terjalin sekian lama akankah setiap pasangan saling menerima kekurangan diri masing-masing? aku tidak... setelah menginjak tahun kedua aku mulai meninggalkan masa lalu, bagiku itu hanya bayang-bayang tak berwujud, setiap pribadi berkembang menurut kemampuannya mencari alasan... banyak sekali mauku yang tak bisa ia penuhi, dan wajar jika aku mencari kesempurnaan, meski tahu tak ada satu pribadi pun yang sempurna, tapi diusahakan agar dari hari ke hari semuanya dapat berjalan sesuai dengan niat hati dan belajar menyusun banyak langkah ke depan... ternyata bagiku cinta itu butuh alasan dan kata siapa cinta tlah cukup untuk cinta...???
cinta bukan hanya cinta saja...
sementara kau merasa cukup...
maaf ku jenuh padamu...
lama sudah kupendam tertahan di bibirku...
mauku tak menyakiti...
meski begitu indah ku masih tetap saja jenuh...
...walau bagaimana pun, aku bersyukur atas segala yang pernah terjadi...
aku pernah bahagia bisa merasakan sebenar-benarnya cinta...
aku pernah merasa tersakiti karena kecewa atas sesuatu yang tidak kuinginkan terjadi...
tapi yang lebih penting...
aku pernah mewujudkan mimpi masa kecilku...
No comments:
Post a Comment